MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR MELALUI DISKUSI KELOMPOK

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru  dalam  memanfaatkan  lingkungan  sekolah sebagai  sumber  belajar dapat ditingkatkan melalui diskusi kelompok. Penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah terhadap guru yang ada di SMP Negeri 1 Kusan Hulu pada tahun pelajaran 2014/2015. Dari hasil penelitian tindakan ini menunjukan bahwa dari 8 orang guru yang terlibat, 5 orang guru sudah mendapat skor dengan katagori “baik” sedangkan 3 orang dengan katagori “cukup”. Oleh karena itu dilanjutkan dengan tindakan siklus II yang hasilnya secara umum ada peningkatan ke arah yang lebih baik yaitu 75% guru sudah mendapatkan katagori baik dengan skor rata-rata 80 – 89.Hal ini sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Secara rinci perolehan nilai rata-rata peningkatan kemampuan guru memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yaitu nilai rata-rata observasi hasil kegiatan diskusi 79,38 di siklus I menjadi 84,88 di siklus II ada peningkatan 5,5. kegiatan  penyusunan skenario  pembelajaran nilai rata-rata 78,75 di siklus I menjadi 82,50 di siklus II ada peningkatan 3,75, kegiatan pembelajaran atau dalam proses belajar mengajar nilai rata-rata 78,33 di sklus I menjadi 82,08 di siklus II, ada peningkatan 3,75.


Dalam proses pembelajaran, salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan Pakem yang memungkinkan bisa mengembangkan kreativiats, motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Hal ini juga sesuai dengan salah satu pilar dari pendekatan contekstual yaitu masyarakat belajar (learning commonity). Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara belajar yang disarankan dalam KTSP sebagai upaya mendekatkan aktivitas belajar siswa pada berbagai fakta kehidupan sehari-hari di sekitar lingkungan siswa. Memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar menjadi alternatif setrategi pembelajaran untuk memberikan kedekatan teoritis dan praktis bagi pengembangan hasil belajar siswa secara optimal.
Dari hasil pantauan calon peneliti selaku kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kusan Hulu, selama ini  sebagian besar guru masih sangat jarang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan  sekolah  tidak  lebih  hanya  digunakan sebagai tempat bermain-main siswa  pada saat istirahat. Kalau tidak jam istirahat, guru lebih sering  memilih mengkarantina siswa di dalam kelas, walaupun misalnya siswa sudah merasa sangat jenuh berada di dalam kelas.
Seperti observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 1 Kusan Hulu, guru-guru di sekolah ini memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar hanya dua sampai tiga kali dalam satu semester. Guru lebih sering menyajikan pelajaran di dalam kelas walaupun materi yang disajikan berkaitan dengan lingkungan sekolah. Dari wawancara yang dilakukan calon peneliti, sebagian besar guru mengaku enggan mengajak siswa belajar di  luar kelas, karena alasan susah mengawasi dan memerlukan lebih banyak waktu. Selain itu ada guru yang menyampaikan bahwa mereka tidak bisa dan tidak tahu dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Untuk mengatasi hal itu perlu adanya diskusi kelompok (yang terdiri guru mata pelajaran) guna mendiskusikan masalah pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Dalam kegiatan diskusi tersebut guru mata pelajaran bisa membagi pengalaman dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Pemanfaatan Lingkungan  Sekolah sebagai Sumber Belajar
            Nilai-nilai kegunaan sumber belajar masyarakat adalah : (1) menghubungkan kurikulum dengan kegiatan-kegiatan masyarakat akan mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah sosial; (2) menggunakan minat-minat pribadi peserta didik akan menyebabkan belajar lebih bermakna baginya; (3) mempelajari kondisi-kondisi masyarakat merupakan latihan berpikir ilmiah (scientif methode); (4) mempelajari masyarakat akan memperkuat dan memperkaya kurikulum melalui pelaksanaan praktis didalam situasi sesungguhnya; (5) peserta didik memperoleh pengalaman langsung yang kongkrit, realistis dan verbalisme. (Douglas dan Mill dalam Rusyan 2001 : 152)  
            Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar mengarahkan anak pada peristiwa atau keadaan yang sebenarnya atau keadaan yang alami sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.
            Manfaat nyata yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan ini adalah : (1) menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak, (2) memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningful learning), (3) memungkinkan terjadinya proses pembentukan kepribadian anak, (4) kegiatan belajar akan lebih menarik bagi anak, dan (5) menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning aktivities). (Badru Zaman, dkk. 2005) 
Diskusi Kelompok.
Pengertian diskusi kelompok adalah salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan. Kegiatan diskusi kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan lebih dari satu individu. Kegiatan diskusi kelompok ini dapat menjadi alternatif dalam membantu memecahkan permasalahan seorang individu.
Pengertian Diskusi kelompok menurut beberapa ahli : Moh. Surya (1975:107) mendefinisikan diskusi kelompok merupakan suatu proses bimbingan dimana murid-murid akan mendapatkan suatu kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi ini tetanam pula tanggung jawab dan harga diri. Moh. Uzer  Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.
(belajarpsikologi.com/Posted by' Haryanto, S.Pd onJuly 14, 2010)
Ischak.SW dan Warji R. (dalam Kasianto,2004) mengemukakan beberapa petunjuk dalam pelaksanaan diskusi kelompok, yaitu :
a.       Pilihlah teman yang cocok untuk bergabung dalam belajar kelompok. Jumlah setiap kelompok terdiri dari 5 hingga 7 orang.
b.       Tetapkan siapa sebagai pemimpin yang akan memimpin jalannya diskusi atau belajar kelompok.
c.       Hentaskan persoalan satu persatu dengan memberi kesempatan kepada anggota untuk mengajukan pendapatnya. Dari pendapat yang masuk dikaji bersama-sama mana yang paling tepat.
(Ischak.SW dan Warji R. dalam Kasianto,2004)
            Dari uraian di atas, maka di dalam pelaksanaan diskusi kelompok perlu diperhatikan pembentukan kelompok, penetapan pimpinan kelompok, penetapan masalah yang akan dibahas dan pencatatan kesimpulan hasil diskusi kelompok.
            Selanjutnya diskusi kelompok yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah diskusi yang dilakukan oleh semua guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran  adalah semua guru yang mengajar mata pelajaran di SMP Negeri 1 Kusan Hulu. Guru mata pelajaran yang dimaksud adalah guru yang mengajar pada mata pelajaran : Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Penjaskes, Seni Budaya, TIK, dan Mulok MPA.
            Diskusi kelompok pada dasarnya bertujuan untuk mengindetifikasi permasalahan yang berkaitan dengan siswa, guru, sarana/media pembelajaran, dan lingkungan sekolah untuk selanjutnya dirumuskan, dan  ditentukan solusi terbaik secara bersama-sama. Artinya setiap guru mata pelajaran turut memberikan sumbangan pemikiran dan pendapat dalam menentukan solusi terbaik tersebut.
            Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai pengalaman individu dalam interaksinya dengan lingkungan yang dilakukan secara bersama-sama atau berkelompok.
METODOLOGI PENELITIAN
            Penelitian Tindakan Sekolah ini berlokasi di SMP Negeri 1 Kusan Hulu, yang ditujukan pada semua guru mata pelajaran. Adapun alasan utamanya adalah dari hasil pengamatan dan  informasi dari guru, bahwa hampir semua guru jarang dan bahkan tidak pernah memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
            Bentuk tindakan dalam penelitian ini berupa supervisi (bimbingan kelompok) kepada guru-guru melalui kegiatan rapat konsultatif, agar mampu menyusun skenario pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar secara efektif. Secara rinci bentuk tindakan dalam penelitian ini adalah :
1.       Menyampaikan informasi tentang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai  sumber belajar.
2.       Membimbing  guru  menyusun  skenario  pembelajaran  yang  berkaitan   dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
3.       Membimbing  guru  dalam  memanfaatkan  lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
4.       Membimbing guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah menggunakan model penelitian  tindakan sekolah yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart (2000), dimana pada prinsipnya ada empat tahap kegiatan yaitu, perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi dan evaluasi proses tindakan (observation and evaluation) dan melakukan refleksi (reflecting). 
Secara rinci prosedur tindakan yang dilakukan adalah :
a.       Membagi guru dalam dua kelompok kecil.
b.       Peneliti memberi penjelasan tentang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
c.       Guru  menyusun  skenario  pembelajaran  dengan  memanfaakan  lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam diskusi kelompok.
d.       Peneliti membimbing kelompok guru dalam menyusun skenario    pembelajaran.
e.       Wakil  kelompok guru mempresentasikan  skenario pembelajaran.
f.        Peneliti memberi masukan terhadap skenario pembelajaran yang telah dibuat kelompok guru.
g.       Guru melaksanakan skenario pembelajaran dalam proses pembelajaran yang sebenarnya.
h.       Peneliti mengevaluasi kemampuan guru dalam mengimplementasikan skenario pembelajaran.
i.         Dalam kelompok diskusi guru berbagi pengalaman terkait dengan pelaksanaan pembelajaran yang memanfaakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
j.         Target yang diharapkan:
1)       Guru  mampu  membuat  skenario pembelajaran  dengan memanfaakan   lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
2)       Guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan memanfaakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
3)       Guru mampu berdiskusi secara aktif dan kreatif,dan mampu memanfaatkan  diskusi kelompok kerja guru secara efektif dan efesien dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kegiatan pembelajaran.

NK= Jumlah skor  perolehan  x 100
         Jumlah skor maksimal
 
Adapun skala penilaian yang digunakan adalah skala Likert dengan 5 katagori sikap yaitu: sangat tinggi, tinggi, rendah, sedang dan sangat rendah. Penilaian dilakukan dengan memberi skor pada kolom yang tesedia dengan ketentuan sebagai berikut : skor 5 = sangat tinggi, skor 4 = tinggi, skor 3 = sedang, skor 2 = rendah, dan skor 1 = sangat rendah. Untuk mendapatkan nilai digunakan rumus :

Setelah diperoleh nilai,maka nilai tersebut ditransfer ke dalam bentuk kualitatif untuk memberikan komentar bagaimana kualitas sikap guru yang diamati dalam diskusi KKG, penyusunan skenario  pembelajaran dan penilaian pelaksanaan pembelajaran dengan kriteria penilaian acuan patokan skala lima sebagai berikut:
(Tabel : 2) Kreteria Penilaian Acuan Patokan Skala Lima
No
Rentang Nilai
Kreteria
1
90 – 100
A=Baik Sekali
2
80 – 89
B=Baik
3
65 – 79
C=Cukup
4
55 – 64
D=Kurang
5
00 54
E=Sangat kurang
( Sutrisno Hadi, 2000)
Tahap evaluasi dilakukan pada akhir tindakan yang bertujan untuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan awal di SMP Negeri 1 Kusan Hulu,  semua guru mata pelajaran jarang  dan bahkan tidak pernah memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan kemampuan guru untuk memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Selama ini guru lebih banyak menggunakan buku paket dan alat peraga yang dimiliki sekolah sebagai sumber belajar untuk melengkapi kegiatan pembelajaran di kelas. Demikian pula kegiatan pembelajaran di luar kelas sangat jarang dan bahkan tidak pernah dilakukan dengan alasan tidak cukup waktu, masalah keamanan dan keselamatan siswa. Hal ini sudah tentu kurang sesuai dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (Pakem) yang harus dilaksanakan dalam penterapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).  Kegiatan dalam siklus I ini, diawali dengan kegiatan diskusi kelompok tentang permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, dilanjutkan dengan informasi tentang  manfaat  lingkungan sekolah  sebagai sumber belajar bagi  siswa dan implementasinya dalam proses belajar mengajar. Saat guru berdiskusi dalam kelompok pada siklus I, peneliti mengadakan observasi tentang sikap guru dalam berdiskusi yang hasilnya sebagai berikut :
Tabel. 4.1.1. Data Hasil Observasi
No
Nama Guru
Aspek yang diobservasi
Jumlah
Skor Mak.100
Kategori
Kerjasama
Aktivitas
Perhatian
Presentasi
(1- 10)
(1 – 40)
(1– 20)
(1- 30)
1
SRI SUPADMI, S.Pd
8
30
15
27
80
B
2
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
8
30
16
26
80
B
3
SRI ELIANA, S.Pd
8
30
15
27
80
B
4
RAHMAWATI, S.Pd
8
30
15
27
80
B
5
ASTUTI, S.PdI
8
31
16
26
81
B
6
SRIYANTO
8
33
16
22
79
C
7
AHMAD DAINURI
8
29
18
23
78
C
8
SARWONO, SP
8
30
14
25
77
C
9
SITI SALAMAH, S.Pd
8
33
16
22
79
C
10
M. RABBIANSYAH, S.Pd
8
29
18
23
78
C
11
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
8
30
14
25
77
C
Jumlah
88
335
173
273
869

Rata-rata
8
30,45
15,73
24,82
79
C

Penilaian terhadap skenario pembelajaran dalam bentuk program perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusum guru dalam siklus I,didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel.4.1.2. Data Hasil Penilaian Skenario Pembelajaran
No
Nama Guru
Aspek yang dinilai
Jumlah
Skor
Jumlah Nilai
Katagori
1
2
3
4
1
SRI SUPADMI, S.Pd
4
4
4
5
17
85
B
2   
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
5
4
4
3
16
80
B
3
SRI ELIANA, S.Pd
5
4
3
5
17
85
B
4
RAHMAWATI, S.Pd
4
4
4
5
17
85
B
5
ASTUTI, S.PdI
4
4
3
4
15
75
C
6
SRIYANTO
5
4
3
5
17
85
B
7
AHMAD DAINURI
4
4
4
5
17
85
B
8
SARWONO, SP
4
4
3
4
15
75
C
9
SITI SALAMAH, S.Pd
4
4
3
4
15
75
C
10
M. RABBIANSYAH, S.Pd
4
3
3
3
13
65
C
11
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
5
4
3
4
16
80
B
                    Jumlah
48
43
37
47
175
875

                     Rata-rata
4,36
3,91
3,36
4,27
15,91
79,55
C
                             
Sedangkan penilaian implementasi pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar  dalam kegiatan pembelajaran di kelas pada siklus I didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel.4.1.3. Data Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
No
Nama Guru
Aspek yang dinilai
Jumlah
Skor
Jumlah
Nilai
Katagori
1
2
3
4
5
6
1
SRI SUPADMI, S.Pd
5
4
5
4
4
4
26
86.67
B
2   
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
4
3
4
4
3
4
22
73.33
C
3
SRI ELIANA, S.Pd
5
4
4
4
5
5
27
90.00
A
4
RAHMAWATI, S.Pd
4
3
4
4
3
4
22
73.33
C
5
ASTUTI, S.PdI
4
3
4
3
4
3
21
70.00
C
6
SRIYANTO
5
4
4
4
5
5
27
90.00
A
7
AHMAD DAINURI
4
3
4
4
3
4
22
73.33
C
8
SARWONO, SP
4
3
4
3
4
3
21
70.00
C
9
SITI SALAMAH, S.Pd
5
4
4
4
4
5
26
86.67
B
10
M. RABBIANSYAH, S.Pd
4
3
3
4
3
3
20
66.66
C
11
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
4
4
4
4
4
4
24
80.00
B
                    Jumlah
48
38
44
42
42
44
258
48

                     Rata-rata
4,4
3,5
4
3,8
3,8
4
23,45
4,36
C

Data penelitian tindakan sekolah yang  diperoleh dari hasil observasi sikap guru dalam kegiatan diskusi kelompok kerja guru tentang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar pada siklus I,hasilnya termasuk katagori “cukup” dengan rata-rata nilai 79,38. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam berdiskusi belum menampakkan kerjasama, aktivitas dan perhatian yang baik terhadap permasalahan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, sehingga diperlukan  bimbingan yang lebih intensif.
Penilaian implementasi pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran di kelas,hasilnya termasuk katagori “cukup” dengan rata-rata nilai 78.33. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam mengimplementasikan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui kegiatan pembelajaran di kelas belum optimal, sehingga perlu peningkatan.
Dengan adanya hasil observasi dan penilaian pada kegiatan siklusI maka peneliti melakukan  refleksi. Dari refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I, maka ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan belum optimalnya kemampuan guru memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Adapun hambatan-hambatan tersebut,antara lain guru belum sepenuhnya memahami manfaat  lingkungan sekolah sebagai     sumber belajar, dan guru dalam  memilih sumber belajar dan memilih strategi pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dalam skenario pembelajaran guru pada: aspek 1. jenis sumber belajar dari lingkungan sekolah tidak tercantum, padahal materi pelajaran ada kaitannya dengan lingkungan sekolah; aspek 2. Kesesuaian antara materi pelajaran dengan media dan setrategi pembelajaran masih kurang; aspek 4. Kesesuaian antara tujuan pembelajaran dengan sumber bahan,lebih banyak hanya mencantumkan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar.
Dari hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran di kelas, hambatan-hambatan yang ditemukan adalah sebagai berikut : aspek 1.dalam kegiatan awal,guru tidak memberi informasi tujuan pembelajaran dan waktunya belum sesuai dengan  perencanaan;  aspek  2. kegiatan   inti,   langkah -   langkah    pembelajaran    masih didominasi  guru dengan metode ceramah sehingga kurang sesuai dengan pembelajaran aktif, kreatif, efektip dan menyenangkan (Pakem); aspek 3. Kemampuan guru mengkaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekolah belum optimal; aspek 6. Penutup pelajaran, guru kurang memberi penekanan tentang lingkungan sekolah. Hambatan-hambatan tersebut akan disempurnakan pada kegiatan siklus II.
Dalam penyusunan skenario pembelajaran khususnya pada aspek  1, 2 dan 4 guru melakukan revisi, dipandu oleh guru yang sudah mampu, dengan bimbingan peneliti/pengawas. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, terkait dengan hambatan pada aspek 1. kegiatan awal, aspek 2. kegiatan inti, aspek  3. kemampuan guru mengkaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekolah ,dan aspek 4.  penutup pelajaran, maka guru mendiskusikan kembali hambatan tersebut dalam kelompok kerja guru dibimbing pengawas/peneliti. Sebelum pelaksanaan pembelajaran di kelas, terlebih dahulu dilakukan simulasi atau modeling dengan menggunakan anggota kelompok guru sebagai siswa.
Sebagaimana kegiatan peneliti pada siklus I, maka kegiatan pada  siklus keduapun dilakukan observasi,evaluasi dan penilaian. Hasil observasi terhadap sikap guru dalam berdiskusi pada siklus II dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel.  4.2.1. Data Hasil Observasi
No
Nama Guru
Aspek yang diobservasi
Jumlah
Skor
Mak.100
Kata
Gori
Kerjasama
Aktivitas
Perhatian
Presentasi
(1- 10)
(1 – 40)
(1– 20)
(1- 30)
1
SRI SUPADMI, S.Pd
8
35
15
28
86
B
2   
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
8
33
16
26
83
B
3
SRI ELIANA, S.Pd
8
38
18
28
92
A
4
RAHMAWATI, S.Pd
8
35
15
27
85
B
5
ASTUTI, S.PdI
8
32
16
26
82
B
6
SRIYANTO
8
38
18
28
92
A
7
AHMAD DAINURI
8
35
15
27
85
B
8
SARWONO, SP
8
32
16
26
82
B
9
SITI SALAMAH, S.Pd
8
33
16
26
83
B
10
M. RABBIANSYAH, S.Pd
8
36
15
27
86
B
11
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
8
34
14
26
82
B
                    Jumlah
88
381
174
295
938

                     Rata-rata
8
34,64
15,82
26,82
85,27
B

Hasil penilaian terhadap skenario pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel.4.2.2. Data Hasil Penilaian Skenario Pembelajaran
No
Nama Guru
Aspek yang dinilai
Jumlah
Skor
Jumlah Nilai
Katagori
1
2
3
4
1
SRI SUPADMI, S.Pd
4
4
4
5
17
85
B
2   
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
5
4
4
4
17
85
B
3
SRI ELIANA, S.Pd
4
4
4
5
17
85
B
4
RAHMAWATI, S.Pd
4
4
4
5
17
85
B
5
ASTUTI, S.PdI
4
4
4
4
16
80
B
6
SRIYANTO
5
4
4
4
17
85
B
7
AHMAD DAINURI
4
4
4
5
17
85
B
8
SARWONO, SP
4
4
4
5
17
85
B
9
SITI SALAMAH, S.Pd
4
4
4
4
16
80
B
10
M. RABBIANSYAH, S.Pd
4
4
4
4
16
80
B
11
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
4
4
4
4
16
80
B
                    Jumlah
46
44
44
49
183
915

                     Rata-rata
4,18
4
4
4,45
16,64
83,18
B

Hasil penilaian terhadap Pelaksanaan Pembelajaran dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel.4.2.3. Data Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran
No
Nama Guru
Aspek yang dinilai
Jumlah
Skor
Jumlah
Nilai
Katagori
1
2
3
4
5
6
1
SRI SUPADMI, S.Pd
5
4
5
4
4
4
26
86.67
B
2   
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
4
4
4
4
4
4
24
80.00
B
3
SRI ELIANA, S.Pd
5
4
4
5
4
5
27
90.00
A
4
RAHMAWATI, S.Pd
4
3
4
4
4
4
23
76.67
C
5
ASTUTI, S.PdI
4
4
4
4
4
4
24
80.00
B
6
SRIYANTO
5
4
4
5
4
5
27
90.00
A
7
AHMAD DAINURI
4
3
4
4
4
4
23
76.67
C
8
SARWONO, SP
4
4
4
4
4
4
24
80.00
B
9
SITI SALAMAH, S.Pd
5
4
4
4
4
5
26
86.67
B
10
M. RABBIANSYAH, S.Pd
4
4
4
4
4
4
24
73.33
C
11
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
4
4
4
4
4
4
24
80.00
B
                    Jumlah
48
42
45
46
44
47
272
656.67

                     Rata-rata
4,4
3,8
4,1
4,2
4
4,3
24,7
82.08
B
          
Data yang diperoleh dari observasi sikap guru pada siklus II, setelah dianalisis ada peningkatan kearah perbaikan yaitu berada pada  katagori “baik”, dengan rata-rata nilai 84.88. Sedangkan untuk penilaian skenario pembelajaran dan penilaian   pelaksanaan pembelajaran,masing-masing juga ada peningkatan yang ke arah yang lebih baik yaitu: untuk skenario pembelajaran berada pada katagori “baik” dengan nilai rata-rata 82.50, dan untuk penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas berada pada katagori “baik” dengan nilai rata-rata 82.08. Dengan melihat hasil pada siklus II, maka refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada siklus II ini adalah adanya peningkatan kemampuan guru memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh dalam memprogramkan pembelajaran serta dalam implementasinya di kelas yang sudah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru untuk memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang lebih baik. Sedangkan dari jumlah guru ,75% sudah mencapai kriteria yang ditetapkan.
PEMBAHASAN
            Dari 8 orang guru yang terlibat, 5 orang guru sudah mendapat skor dengan katagori “baik” sedangkan 3 orang dengan katagori “cukup”.Oleh karena itu dilanjutkan dengan tindakan siklus II yang hasilnya secara umum ada peningkatan ke arah yang lebih baik yaitu 75% guru sudah mendapatkan katagori baik dengan skor rata-rata 80 – 89.Hal ini sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Secara rinci perolehan nilai rata-rata peningkatan kemampuan guru memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yaitu nilai rata-rata observasi hasil kegiatan diskusi 79,38 di siklus I menjadi 84,88 di siklus II ada peningkatan 5,5. kegiatan  penyusunan skenario  pembelajaran nilai rata-rata 78,75 di siklus I menjadi 82,50 di siklus II ada peningkatan 3,75, kegiatan pembelajaran atau dalam proses belajar mengajar nilai rata-rata 78,33 di sklus I menjadi 82,08 di siklus II, ada peningkatan 3,75.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan siklus I dan siklus II tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: Ada peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui pendekatan diskusi kelompok di SMP Negeri 1 Kusan Hulu sebesar 75%. Peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar di SMP Negeri 1 Kusan Hulu adalah 3,75.
Kepada guru di SMP Negeri 1 Kusan Hulu, di dalam menyusun skenario pembelajaran agar memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan sekolah dan lingkungan siswa yang sesuai dengan materi pembelajaran sebagai sumber belajar, dan mengintensifkan diskusi kelompok dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Badru Zaman, dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Buku Materi Pokok PGTK 2304. Modul 1-9. Jakarta Universiats Terbuka.
Ekowati, Endang. 2001. Stategi Pembelajaran Kooperatif. Modul Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas.
Kasianto, I Wayan 2004 Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Pendekatan Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Kelas. Tidak dipublikasikan
Rusyan Tabrani. 2001. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rosdakarya.
Sarman, Samsuni S.Pd. 2005. Implementasi Pendekatan Works Based Learning pada Sumber Belajar Masyarakat dalam Pembelajaran PS-Ekonomi. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Sutrisno Hadi, 2000. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Andi


Komentar