MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR MELALUI DISKUSI KELOMPOK
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat ditingkatkan
melalui diskusi kelompok. Penelitian ini adalah
penelitian tindakan sekolah terhadap guru yang ada di SMP Negeri 1 Kusan Hulu
pada tahun pelajaran 2014/2015. Dari hasil penelitian tindakan ini menunjukan
bahwa dari 8 orang guru
yang terlibat, 5 orang guru sudah mendapat skor dengan katagori “baik”
sedangkan 3 orang dengan katagori “cukup”.
Oleh karena itu dilanjutkan dengan tindakan siklus II
yang hasilnya secara umum ada peningkatan ke arah yang lebih baik yaitu 75%
guru sudah mendapatkan katagori baik dengan skor rata-rata 80 – 89.Hal ini
sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Secara rinci
perolehan nilai rata-rata peningkatan kemampuan guru memanfaatkan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar yaitu nilai rata-rata observasi hasil kegiatan diskusi
79,38 di siklus I menjadi 84,88 di siklus II ada peningkatan 5,5. kegiatan penyusunan skenario pembelajaran nilai rata-rata 78,75 di siklus
I menjadi 82,50 di siklus II ada peningkatan 3,75, kegiatan pembelajaran atau
dalam proses belajar mengajar nilai rata-rata 78,33 di sklus I menjadi 82,08 di
siklus II, ada peningkatan 3,75.
Kata
kunci : Kemampuan Guru, Lingkungan, Sumber Belajar
Dalam
proses pembelajaran, salah satu strategi
pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan Pakem yang memungkinkan bisa
mengembangkan kreativiats, motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran
adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Hal ini
juga sesuai dengan salah satu pilar dari pendekatan contekstual yaitu
masyarakat belajar (learning commonity). Untuk mencapai tujuan tersebut,
salah satu cara belajar yang disarankan dalam KTSP sebagai upaya mendekatkan
aktivitas belajar siswa pada berbagai fakta kehidupan sehari-hari di sekitar
lingkungan siswa. Memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
menjadi alternatif setrategi pembelajaran untuk memberikan kedekatan teoritis
dan praktis bagi pengembangan hasil belajar siswa secara optimal.
Dari hasil pantauan calon peneliti selaku kepala sekolah di SMP Negeri 1 Kusan Hulu, selama ini sebagian
besar guru masih sangat jarang
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Lingkungan sekolah tidak lebih hanya
digunakan sebagai tempat bermain-main
siswa pada saat istirahat. Kalau tidak
jam istirahat, guru lebih sering memilih
mengkarantina siswa di dalam kelas, walaupun misalnya siswa sudah merasa sangat
jenuh berada di dalam kelas.
Seperti observasi awal yang dilakukan di SMP
Negeri 1 Kusan Hulu, guru-guru
di sekolah ini memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar hanya dua sampai
tiga kali dalam satu semester. Guru lebih sering menyajikan pelajaran di dalam kelas
walaupun materi yang disajikan berkaitan dengan lingkungan sekolah.
Dari wawancara yang dilakukan calon peneliti, sebagian
besar guru mengaku enggan mengajak siswa belajar di luar kelas, karena alasan susah mengawasi
dan memerlukan lebih banyak waktu. Selain itu ada guru yang menyampaikan bahwa mereka tidak bisa dan tidak
tahu dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Untuk mengatasi hal itu perlu adanya diskusi kelompok
(yang terdiri guru mata
pelajaran) guna mendiskusikan masalah pemanfaatan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar. Dalam kegiatan diskusi tersebut guru mata
pelajaran bisa membagi
pengalaman dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar untuk
mencapai hasil belajar yang optimal.
Pemanfaatan Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar
Nilai-nilai kegunaan sumber belajar masyarakat adalah :
(1) menghubungkan kurikulum dengan kegiatan-kegiatan masyarakat akan
mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah sosial; (2) menggunakan
minat-minat pribadi peserta didik akan menyebabkan belajar lebih bermakna
baginya; (3) mempelajari kondisi-kondisi masyarakat merupakan latihan berpikir
ilmiah (scientif methode); (4) mempelajari masyarakat akan memperkuat
dan memperkaya kurikulum melalui pelaksanaan praktis didalam situasi
sesungguhnya; (5) peserta didik memperoleh pengalaman langsung yang kongkrit,
realistis dan verbalisme. (Douglas dan Mill dalam Rusyan 2001 : 152)
Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
mengarahkan anak pada peristiwa atau keadaan yang sebenarnya atau keadaan yang
alami sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
Manfaat nyata yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan
lingkungan ini adalah : (1) menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari
anak, (2) memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna (meaningful
learning), (3) memungkinkan terjadinya proses pembentukan kepribadian anak,
(4) kegiatan belajar akan lebih menarik bagi anak, dan (5) menumbuhkan
aktivitas belajar anak (learning aktivities). (Badru Zaman, dkk.
2005)
Diskusi Kelompok.
Pengertian
diskusi kelompok adalah salah satu bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam
bimbingan. Kegiatan diskusi kelompok merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
melibatkan lebih dari satu individu. Kegiatan diskusi kelompok ini dapat
menjadi alternatif dalam membantu memecahkan permasalahan seorang individu.
Pengertian Diskusi kelompok menurut
beberapa ahli :
Moh. Surya (1975:107) mendefinisikan diskusi kelompok merupakan
suatu proses bimbingan dimana murid-murid akan mendapatkan suatu kesempatan
untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan masalah bersama.
Dalam diskusi ini tetanam pula tanggung jawab dan harga diri. Moh. Uzer
Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu
proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan
atau pemecahan masalah.
Ischak.SW dan Warji R. (dalam Kasianto,2004) mengemukakan
beberapa petunjuk dalam pelaksanaan diskusi kelompok, yaitu :
a.
Pilihlah teman yang cocok untuk bergabung dalam belajar kelompok. Jumlah
setiap kelompok terdiri dari 5 hingga 7 orang.
b.
Tetapkan siapa sebagai pemimpin yang akan memimpin jalannya diskusi atau
belajar kelompok.
c.
Hentaskan persoalan satu persatu dengan memberi kesempatan kepada anggota
untuk mengajukan pendapatnya. Dari pendapat yang masuk dikaji bersama-sama mana
yang paling tepat.
(Ischak.SW dan
Warji R. dalam Kasianto,2004)
Dari uraian di atas,
maka di dalam pelaksanaan diskusi kelompok perlu
diperhatikan pembentukan kelompok, penetapan pimpinan kelompok,
penetapan masalah yang akan dibahas dan pencatatan
kesimpulan hasil diskusi kelompok.
Selanjutnya diskusi kelompok yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah diskusi yang dilakukan oleh semua guru
mata pelajaran. Guru mata pelajaran adalah semua
guru yang mengajar mata pelajaran di SMP Negeri 1 Kusan Hulu. Guru mata
pelajaran yang dimaksud adalah guru yang mengajar pada mata pelajaran :
Pendidikan Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS,
Penjaskes, Seni Budaya, TIK, dan Mulok MPA.
Diskusi kelompok pada dasarnya bertujuan untuk
mengindetifikasi permasalahan yang berkaitan dengan siswa, guru, sarana/media
pembelajaran, dan lingkungan sekolah untuk selanjutnya dirumuskan, dan ditentukan
solusi terbaik secara bersama-sama. Artinya setiap guru
mata pelajaran turut memberikan
sumbangan pemikiran dan pendapat dalam menentukan solusi
terbaik tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
diskusi kelompok adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku sebagai pengalaman individu dalam
interaksinya dengan lingkungan yang dilakukan secara bersama-sama atau
berkelompok.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian Tindakan Sekolah ini
berlokasi di SMP
Negeri 1 Kusan Hulu, yang
ditujukan pada semua guru mata pelajaran. Adapun alasan utamanya adalah dari hasil pengamatan
dan informasi dari guru,
bahwa hampir semua guru jarang dan bahkan tidak pernah
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Bentuk tindakan dalam
penelitian ini berupa supervisi (bimbingan kelompok) kepada guru-guru melalui kegiatan rapat konsultatif, agar mampu menyusun skenario
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar secara efektif. Secara rinci bentuk tindakan
dalam penelitian ini adalah :
1. Menyampaikan informasi tentang
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar.
2. Membimbing guru
menyusun skenario pembelajaran
yang berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar.
3. Membimbing guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
4. Membimbing guru dalam
melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar.
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah menggunakan model
penelitian tindakan sekolah yang
dikembangkan oleh Kemmis & Taggart (2000), dimana pada prinsipnya ada empat
tahap kegiatan yaitu, perencanaan tindakan (planning),
pelaksanaan tindakan (action),
observasi dan evaluasi proses tindakan (observation
and evaluation) dan melakukan refleksi (reflecting).
Secara rinci prosedur tindakan yang dilakukan adalah :
a. Membagi
guru dalam dua kelompok kecil.
b. Peneliti
memberi penjelasan tentang pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar.
c. Guru menyusun
skenario pembelajaran
dengan memanfaakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar
dalam diskusi kelompok.
d. Peneliti
membimbing kelompok guru dalam menyusun skenario pembelajaran.
e. Wakil kelompok guru mempresentasikan skenario pembelajaran.
f.
Peneliti memberi masukan terhadap skenario pembelajaran yang telah dibuat kelompok guru.
g. Guru
melaksanakan skenario
pembelajaran dalam proses pembelajaran yang sebenarnya.
h. Peneliti
mengevaluasi kemampuan guru dalam mengimplementasikan skenario pembelajaran.
i.
Dalam kelompok diskusi guru berbagi pengalaman terkait
dengan pelaksanaan pembelajaran yang memanfaakan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar.
j.
Target yang diharapkan:
1) Guru mampu
membuat skenario pembelajaran
dengan memanfaakan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar.
2) Guru
mampu melaksanakan pembelajaran dengan memanfaakan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar.
3) Guru
mampu berdiskusi secara aktif dan kreatif,dan mampu memanfaatkan diskusi kelompok kerja guru secara efektif dan
efesien dalam memecahkan masalah yang terkait dengan kegiatan pembelajaran.
|
Adapun skala
penilaian yang digunakan adalah skala Likert dengan 5 katagori sikap yaitu:
sangat tinggi, tinggi, rendah, sedang dan sangat rendah.
Penilaian dilakukan dengan memberi skor pada kolom yang tesedia dengan
ketentuan sebagai berikut : skor 5 = sangat tinggi, skor 4 = tinggi, skor 3 =
sedang, skor 2 = rendah, dan skor 1 = sangat rendah. Untuk mendapatkan nilai
digunakan rumus :
Setelah
diperoleh nilai,maka nilai tersebut ditransfer ke dalam bentuk kualitatif untuk
memberikan komentar bagaimana kualitas sikap guru yang diamati dalam diskusi
KKG, penyusunan skenario pembelajaran dan penilaian pelaksanaan
pembelajaran dengan kriteria penilaian acuan patokan skala lima sebagai
berikut:
(Tabel : 2) Kreteria Penilaian Acuan Patokan Skala Lima
No
|
Rentang Nilai
|
Kreteria
|
1
|
90 – 100
|
A=Baik Sekali
|
2
|
80 – 89
|
B=Baik
|
3
|
65 – 79
|
C=Cukup
|
4
|
55 – 64
|
D=Kurang
|
5
|
00 –
54
|
E=Sangat kurang
|
( Sutrisno Hadi, 2000)
Tahap
evaluasi dilakukan pada akhir tindakan yang bertujan untuk mengetahui tingkat
kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan awal
di SMP Negeri 1
Kusan Hulu, semua guru mata pelajaran jarang
dan bahkan tidak pernah memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, hal ini
disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan kemampuan guru untuk memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar. Selama ini
guru lebih banyak menggunakan buku paket dan alat peraga yang dimiliki sekolah
sebagai sumber belajar untuk melengkapi kegiatan pembelajaran di kelas.
Demikian pula kegiatan pembelajaran di luar kelas sangat jarang dan bahkan
tidak pernah dilakukan dengan alasan tidak cukup waktu, masalah keamanan dan
keselamatan siswa.
Hal ini sudah tentu kurang sesuai dengan pembelajaran yang menggunakan
pendekatan pembelajaran aktif,
kreatif,
efektif dan menyenangkan
(Pakem) yang harus dilaksanakan dalam penterapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Kegiatan dalam siklus
I ini, diawali dengan kegiatan diskusi kelompok tentang permasalahan yang
dihadapi dalam pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar,
dilanjutkan dengan informasi tentang manfaat lingkungan sekolah sebagai sumber belajar bagi siswa dan implementasinya dalam proses belajar mengajar. Saat
guru berdiskusi dalam kelompok pada siklus I, peneliti mengadakan observasi
tentang sikap guru dalam berdiskusi yang hasilnya sebagai berikut :
Tabel. 4.1.1.
Data Hasil Observasi
No
|
Nama
Guru
|
Aspek
yang diobservasi
|
Jumlah
Skor Mak.100
|
Kategori
|
|||
Kerjasama
|
Aktivitas
|
Perhatian
|
Presentasi
|
||||
(1- 10)
|
(1 – 40)
|
(1– 20)
|
(1- 30)
|
||||
1
|
SRI SUPADMI, S.Pd
|
8
|
30
|
15
|
27
|
80
|
B
|
2
|
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
|
8
|
30
|
16
|
26
|
80
|
B
|
3
|
SRI ELIANA, S.Pd
|
8
|
30
|
15
|
27
|
80
|
B
|
4
|
RAHMAWATI, S.Pd
|
8
|
30
|
15
|
27
|
80
|
B
|
5
|
ASTUTI, S.PdI
|
8
|
31
|
16
|
26
|
81
|
B
|
6
|
SRIYANTO
|
8
|
33
|
16
|
22
|
79
|
C
|
7
|
AHMAD DAINURI
|
8
|
29
|
18
|
23
|
78
|
C
|
8
|
SARWONO, SP
|
8
|
30
|
14
|
25
|
77
|
C
|
9
|
SITI SALAMAH, S.Pd
|
8
|
33
|
16
|
22
|
79
|
C
|
10
|
M. RABBIANSYAH, S.Pd
|
8
|
29
|
18
|
23
|
78
|
C
|
11
|
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
|
8
|
30
|
14
|
25
|
77
|
C
|
Jumlah
|
88
|
335
|
173
|
273
|
869
|
||
Rata-rata
|
8
|
30,45
|
15,73
|
24,82
|
79
|
C
|
Penilaian terhadap skenario
pembelajaran dalam bentuk program perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang disusum guru dalam siklus I,didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel.4.1.2.
Data Hasil Penilaian Skenario
Pembelajaran
No
|
Nama Guru
|
Aspek yang dinilai
|
Jumlah
Skor
|
Jumlah Nilai
|
Katagori
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||
1
|
SRI SUPADMI, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
5
|
17
|
85
|
B
|
2
|
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
|
5
|
4
|
4
|
3
|
16
|
80
|
B
|
3
|
SRI ELIANA, S.Pd
|
5
|
4
|
3
|
5
|
17
|
85
|
B
|
4
|
RAHMAWATI, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
5
|
17
|
85
|
B
|
5
|
ASTUTI, S.PdI
|
4
|
4
|
3
|
4
|
15
|
75
|
C
|
6
|
SRIYANTO
|
5
|
4
|
3
|
5
|
17
|
85
|
B
|
7
|
AHMAD DAINURI
|
4
|
4
|
4
|
5
|
17
|
85
|
B
|
8
|
SARWONO, SP
|
4
|
4
|
3
|
4
|
15
|
75
|
C
|
9
|
SITI SALAMAH, S.Pd
|
4
|
4
|
3
|
4
|
15
|
75
|
C
|
10
|
M. RABBIANSYAH, S.Pd
|
4
|
3
|
3
|
3
|
13
|
65
|
C
|
11
|
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
|
5
|
4
|
3
|
4
|
16
|
80
|
B
|
Jumlah
|
48
|
43
|
37
|
47
|
175
|
875
|
||
Rata-rata
|
4,36
|
3,91
|
3,36
|
4,27
|
15,91
|
79,55
|
C
|
Sedangkan penilaian
implementasi pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran di kelas pada
siklus I didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel.4.1.3. Data Hasil Penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran
No
|
Nama Guru
|
Aspek yang dinilai
|
Jumlah
Skor
|
Jumlah
Nilai
|
Katagori
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|||||
1
|
SRI SUPADMI, S.Pd
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
26
|
86.67
|
B
|
2
|
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
|
4
|
3
|
4
|
4
|
3
|
4
|
22
|
73.33
|
C
|
3
|
SRI ELIANA, S.Pd
|
5
|
4
|
4
|
4
|
5
|
5
|
27
|
90.00
|
A
|
4
|
RAHMAWATI, S.Pd
|
4
|
3
|
4
|
4
|
3
|
4
|
22
|
73.33
|
C
|
5
|
ASTUTI, S.PdI
|
4
|
3
|
4
|
3
|
4
|
3
|
21
|
70.00
|
C
|
6
|
SRIYANTO
|
5
|
4
|
4
|
4
|
5
|
5
|
27
|
90.00
|
A
|
7
|
AHMAD DAINURI
|
4
|
3
|
4
|
4
|
3
|
4
|
22
|
73.33
|
C
|
8
|
SARWONO, SP
|
4
|
3
|
4
|
3
|
4
|
3
|
21
|
70.00
|
C
|
9
|
SITI SALAMAH, S.Pd
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
26
|
86.67
|
B
|
10
|
M. RABBIANSYAH, S.Pd
|
4
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
20
|
66.66
|
C
|
11
|
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
80.00
|
B
|
Jumlah
|
48
|
38
|
44
|
42
|
42
|
44
|
258
|
48
|
||
Rata-rata
|
4,4
|
3,5
|
4
|
3,8
|
3,8
|
4
|
23,45
|
4,36
|
C
|
Data penelitian tindakan sekolah yang diperoleh dari hasil observasi sikap guru
dalam kegiatan diskusi kelompok kerja guru tentang pemanfaatan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar pada siklus I,hasilnya termasuk katagori “cukup” dengan rata-rata nilai 79,38. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam berdiskusi belum
menampakkan kerjasama, aktivitas dan perhatian yang baik terhadap permasalahan
pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar,
sehingga diperlukan
bimbingan yang lebih intensif.
Penilaian implementasi pemanfaatan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran di kelas,hasilnya termasuk
katagori “cukup” dengan rata-rata nilai 78.33. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam mengimplementasikan pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui kegiatan pembelajaran di
kelas belum optimal, sehingga perlu peningkatan.
Dengan adanya hasil observasi dan penilaian pada kegiatan
siklusI maka peneliti melakukan
refleksi. Dari refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I, maka
ditemukan beberapa hambatan yang mengakibatkan belum optimalnya kemampuan guru
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
Adapun hambatan-hambatan tersebut,antara lain guru belum
sepenuhnya memahami manfaat lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar, dan
guru dalam memilih sumber belajar dan
memilih strategi pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah belum
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dalam skenario pembelajaran
guru pada: aspek 1. jenis sumber belajar dari lingkungan sekolah tidak
tercantum, padahal materi pelajaran ada kaitannya dengan lingkungan sekolah;
aspek 2. Kesesuaian antara materi pelajaran dengan media
dan setrategi pembelajaran masih kurang; aspek 4. Kesesuaian antara tujuan
pembelajaran dengan sumber bahan,lebih banyak hanya mencantumkan buku paket
sebagai satu-satunya sumber belajar.
Dari hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran di kelas,
hambatan-hambatan yang ditemukan adalah sebagai berikut : aspek 1.dalam
kegiatan awal,guru tidak memberi informasi tujuan pembelajaran dan waktunya
belum sesuai dengan perencanaan; aspek 2. kegiatan inti, langkah - langkah pembelajaran masih didominasi guru dengan metode ceramah sehingga kurang
sesuai dengan pembelajaran aktif, kreatif, efektip dan menyenangkan (Pakem);
aspek 3. Kemampuan guru mengkaitkan materi pelajaran
dengan lingkungan sekolah belum optimal; aspek 6. Penutup pelajaran, guru
kurang memberi penekanan tentang lingkungan sekolah. Hambatan-hambatan tersebut
akan disempurnakan pada kegiatan siklus II.
Dalam penyusunan skenario pembelajaran khususnya pada aspek 1, 2 dan 4 guru melakukan revisi, dipandu
oleh guru yang sudah mampu, dengan bimbingan peneliti/pengawas. Dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas, terkait dengan hambatan pada aspek 1. kegiatan awal,
aspek 2. kegiatan inti, aspek 3.
kemampuan guru mengkaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekolah ,dan
aspek 4. penutup
pelajaran, maka guru mendiskusikan kembali hambatan tersebut dalam kelompok
kerja guru dibimbing pengawas/peneliti. Sebelum pelaksanaan pembelajaran di
kelas, terlebih dahulu dilakukan simulasi atau modeling dengan menggunakan
anggota kelompok guru sebagai siswa.
Sebagaimana kegiatan peneliti pada siklus I, maka
kegiatan pada siklus keduapun dilakukan
observasi,evaluasi dan penilaian. Hasil observasi terhadap sikap guru dalam
berdiskusi pada siklus II dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel. 4.2.1. Data
Hasil Observasi
No
|
Nama Guru
|
Aspek yang diobservasi
|
Jumlah
Skor
Mak.100
|
Kata
Gori
|
|||
Kerjasama
|
Aktivitas
|
Perhatian
|
Presentasi
|
||||
(1- 10)
|
(1 – 40)
|
(1– 20)
|
(1- 30)
|
||||
1
|
SRI SUPADMI, S.Pd
|
8
|
35
|
15
|
28
|
86
|
B
|
2
|
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
|
8
|
33
|
16
|
26
|
83
|
B
|
3
|
SRI ELIANA, S.Pd
|
8
|
38
|
18
|
28
|
92
|
A
|
4
|
RAHMAWATI, S.Pd
|
8
|
35
|
15
|
27
|
85
|
B
|
5
|
ASTUTI, S.PdI
|
8
|
32
|
16
|
26
|
82
|
B
|
6
|
SRIYANTO
|
8
|
38
|
18
|
28
|
92
|
A
|
7
|
AHMAD DAINURI
|
8
|
35
|
15
|
27
|
85
|
B
|
8
|
SARWONO, SP
|
8
|
32
|
16
|
26
|
82
|
B
|
9
|
SITI SALAMAH, S.Pd
|
8
|
33
|
16
|
26
|
83
|
B
|
10
|
M. RABBIANSYAH, S.Pd
|
8
|
36
|
15
|
27
|
86
|
B
|
11
|
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
|
8
|
34
|
14
|
26
|
82
|
B
|
Jumlah
|
88
|
381
|
174
|
295
|
938
|
||
Rata-rata
|
8
|
34,64
|
15,82
|
26,82
|
85,27
|
B
|
Hasil penilaian terhadap skenario pembelajaran dalam
bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) dapat disajikan sebagai berikut :
Tabel.4.2.2. Data Hasil Penilaian Skenario Pembelajaran
No
|
Nama Guru
|
Aspek yang dinilai
|
Jumlah
Skor
|
Jumlah Nilai
|
Katagori
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||
1
|
SRI SUPADMI, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
5
|
17
|
85
|
B
|
2
|
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
|
5
|
4
|
4
|
4
|
17
|
85
|
B
|
3
|
SRI ELIANA, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
5
|
17
|
85
|
B
|
4
|
RAHMAWATI, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
5
|
17
|
85
|
B
|
5
|
ASTUTI, S.PdI
|
4
|
4
|
4
|
4
|
16
|
80
|
B
|
6
|
SRIYANTO
|
5
|
4
|
4
|
4
|
17
|
85
|
B
|
7
|
AHMAD DAINURI
|
4
|
4
|
4
|
5
|
17
|
85
|
B
|
8
|
SARWONO, SP
|
4
|
4
|
4
|
5
|
17
|
85
|
B
|
9
|
SITI SALAMAH, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
4
|
16
|
80
|
B
|
10
|
M. RABBIANSYAH, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
4
|
16
|
80
|
B
|
11
|
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
4
|
16
|
80
|
B
|
Jumlah
|
46
|
44
|
44
|
49
|
183
|
915
|
||
Rata-rata
|
4,18
|
4
|
4
|
4,45
|
16,64
|
83,18
|
B
|
Hasil penilaian terhadap Pelaksanaan Pembelajaran dapat
disajikan sebagai berikut:
Tabel.4.2.3. Data Hasil Penilaian Pelaksanaan
Pembelajaran
No
|
Nama Guru
|
Aspek yang dinilai
|
Jumlah
Skor
|
Jumlah
Nilai
|
Katagori
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|||||
1
|
SRI SUPADMI, S.Pd
|
5
|
4
|
5
|
4
|
4
|
4
|
26
|
86.67
|
B
|
2
|
SITI MUNFAJIROH, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
80.00
|
B
|
3
|
SRI ELIANA, S.Pd
|
5
|
4
|
4
|
5
|
4
|
5
|
27
|
90.00
|
A
|
4
|
RAHMAWATI, S.Pd
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
23
|
76.67
|
C
|
5
|
ASTUTI, S.PdI
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
80.00
|
B
|
6
|
SRIYANTO
|
5
|
4
|
4
|
5
|
4
|
5
|
27
|
90.00
|
A
|
7
|
AHMAD DAINURI
|
4
|
3
|
4
|
4
|
4
|
4
|
23
|
76.67
|
C
|
8
|
SARWONO, SP
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
80.00
|
B
|
9
|
SITI SALAMAH, S.Pd
|
5
|
4
|
4
|
4
|
4
|
5
|
26
|
86.67
|
B
|
10
|
M. RABBIANSYAH, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
73.33
|
C
|
11
|
JAHRATUN NUPUS, S.Pd
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
80.00
|
B
|
Jumlah
|
48
|
42
|
45
|
46
|
44
|
47
|
272
|
656.67
|
||
Rata-rata
|
4,4
|
3,8
|
4,1
|
4,2
|
4
|
4,3
|
24,7
|
82.08
|
B
|
Data yang diperoleh dari observasi sikap guru pada siklus
II, setelah dianalisis ada peningkatan kearah perbaikan yaitu berada pada katagori “baik”, dengan rata-rata nilai 84.88. Sedangkan untuk penilaian skenario pembelajaran dan
penilaian pelaksanaan
pembelajaran,masing-masing juga ada peningkatan yang ke arah yang lebih baik
yaitu: untuk skenario pembelajaran berada pada katagori “baik” dengan nilai
rata-rata 82.50, dan untuk
penilaian pelaksanaan pembelajaran di kelas berada pada katagori “baik” dengan
nilai rata-rata 82.08. Dengan melihat
hasil pada siklus II, maka refleksi terhadap hasil yang diperoleh peneliti pada
siklus II ini adalah adanya peningkatan kemampuan guru memanfaatkan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata yang
diperoleh dalam memprogramkan pembelajaran serta dalam implementasinya di kelas
yang sudah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru untuk memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang lebih baik.
Sedangkan dari jumlah guru ,75% sudah mencapai kriteria
yang ditetapkan.
PEMBAHASAN
Dari 8
orang guru yang terlibat, 5 orang guru sudah mendapat skor dengan katagori
“baik” sedangkan 3 orang dengan katagori “cukup”.Oleh karena itu dilanjutkan
dengan tindakan siklus II yang hasilnya secara umum ada peningkatan ke arah
yang lebih baik yaitu 75% guru sudah mendapatkan katagori baik dengan skor
rata-rata 80 – 89.Hal ini sudah sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditetapkan. Secara rinci perolehan nilai rata-rata peningkatan kemampuan guru memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yaitu nilai rata-rata observasi hasil
kegiatan diskusi 79,38 di siklus I menjadi 84,88 di siklus II ada peningkatan
5,5. kegiatan penyusunan skenario pembelajaran nilai rata-rata 78,75 di siklus
I menjadi 82,50 di siklus II ada peningkatan 3,75, kegiatan pembelajaran atau
dalam proses belajar mengajar nilai rata-rata 78,33 di sklus I menjadi 82,08 di
siklus II, ada peningkatan 3,75.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan siklus I dan
siklus II tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
Ada peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui pendekatan diskusi kelompok di
SMP
Negeri 1 Kusan Hulu sebesar 75%. Peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar di SMP Negeri 1 Kusan Hulu adalah 3,75.
Kepada guru di SMP Negeri 1 Kusan
Hulu, di dalam menyusun skenario pembelajaran
agar memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan sekolah dan lingkungan siswa
yang sesuai dengan materi pembelajaran sebagai sumber belajar,
dan mengintensifkan diskusi kelompok dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
DAFTAR PUSTAKA
Badru Zaman, dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Buku Materi Pokok PGTK 2304.
Modul 1-9. Jakarta
Universiats Terbuka.
Ekowati, Endang. 2001. Stategi Pembelajaran Kooperatif. Modul
Pelatihan Guru Terintegrasi Berbasis Kompetensi. Jakarta : Depdiknas.
Kasianto, I Wayan 2004 Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan
Pendekatan Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Kelas. Tidak
dipublikasikan
Rusyan Tabrani. 2001. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung Remaja Rosdakarya.
Sarman, Samsuni S.Pd. 2005. Implementasi Pendekatan Works Based Learning
pada Sumber Belajar Masyarakat dalam Pembelajaran PS-Ekonomi. Laporan
Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin. Tidak dipublikasikan.
Sutrisno Hadi, 2000. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta : Andi
Komentar
Posting Komentar